Your email was sent successfully. Check your inbox.

An error occurred while sending the email. Please try again.

Proceed reservation?

Export
  • 1
    Online Resource
    Online Resource
    Agency for Marine and Fisheries Research and Development ; 2023
    In:  BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol. 15, No. 1 ( 2023-05-30), p. 1-
    In: BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap, Agency for Marine and Fisheries Research and Development, Vol. 15, No. 1 ( 2023-05-30), p. 1-
    Abstract: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi jenis, kelimpahan, keragaman, dan kesamaan makrobenthos yang berada di dalam posisi aggregasi di lokasi berbeda.  Observasi telah dilakukan di 2 stasion Tiwoho dan Blongko, selama April, 2021. Makrobentos diambil dengan meletakan ‘Core’ (PVC) dengan diameter 15 cm pada posisi tengah dan pinggir aggregasi besar, serta aggregasi kecil di 2 lokasi.  Materi yang ada di dalam ‘Core’ diangkat, dimasukkan di dalam plastik yang berlabel, selanjutnya disortir, diidentifikasi, dihitung, dan foto di laboratorium.  Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali sebagai ulangan pada posisi aggregasi yang berbeda.  Jumlah jenis dan individu makrobenthos dianalisa dengan menggunakan 2 Arah ANOVA, di mana posisi dalam aggregasi dan stasion adalah sebagai faktor utama.  Mengetahui keragaman dilakukan melalui perhitungan Indeks ‘Simpon’ dan kesamaan dengan Indeks ‘Evenness’.  Hasil menunjukkan bahwa jumlah jenis dan jumlah individu (kelimpahan) makrobenthos bervariasi di antara posisi dalam aggregasi kerang, namun tidak dipengaruhi oleh baik posisi dalam aggregasi dan stasion.  Keragaman dan kesamaan jenis makrobenthos dikategorikan tinggi, walaupun baik ‘Indeks Simpson’ dan ‘Evenness’ bervariasi dan tidak konsiten di antara posisi dalam aggregasi dan stasion.  Jumlah individu (kelimpahan) makrobenthos nampak bebeda di antara posisi aggregasi di lokasi Blongko berdampak pada perbedaan stabilitas makrobenthos untuk kedua lokasi. 
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2502-6410 , 1907-8226
    Language: Unknown
    Publisher: Agency for Marine and Fisheries Research and Development
    Publication Date: 2023
    Library Location Call Number Volume/Issue/Year Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 2
    In: Aquaculture Research, Hindawi Limited, Vol. 2023 ( 2023-6-7), p. 1-9
    Abstract: The box tropical mussel Septifer bilocularis lives attached to a hard substratum, forming a dense aggregation or patch. The aggregation occurs at the time of larvae settlement in response to different cues. Larvae may have a positive response whereas larvae may settle and attach to the substratum, while in a negative response, postpone settling occurs. Byssus threads are produced and attached to the substratum, and for some reason, they are affected by many variables. We studied whether the attachment was affected by sites, position in the patch, and substratum. Large and small patches of mussel beds were selected arbitrarily, each in 3 replicates. Substrata of palm, coconut, polypropylene fibres, and mussel shells with byssus threads, each in 4 replicates, were distributed randomly into a PVC plate with 16 holes. The PVC plates with experimental substrata were placed along the edge and in the middle of large and small patches. A three-factorial ANOVA was then performed on samples of sites, position in patches, and substratum as main effects. A significant effect of sites, position within patches, and substratum as well were found. A significantly high number of new settlers in small patches than in other positions within patches occurred. The larger number of new settlers was found on coconut, palm, and polypropylene fibres, while low numbers on the mussel shells with byssus threads were found. The new settlers of S. bilocularis ( 〈 1 mm) with transparent shells were observed attached to coconut, palm, and polypropylene fibres. In contrast, the new settlers ranged from 〉 1 mm to 3 mm with dark green shells attached to mussel shells with byssus threads. This study suggests that early settlement occurs when mussels’ larvae first settle and attach to coconut, palm, and polypropylene fibres before reattaching to adult shells with byssus threads.
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 1365-2109 , 1355-557X
    Language: English
    Publisher: Hindawi Limited
    Publication Date: 2023
    detail.hit.zdb_id: 2207423-5
    detail.hit.zdb_id: 1227359-4
    detail.hit.zdb_id: 2019895-4
    SSG: 21,3
    Library Location Call Number Volume/Issue/Year Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 3
    In: JURNAL ILMIAH PLATAX, Universitas Sam Ratulangi, Vol. 7, No. 2 ( 2019-07-24), p. 413-
    Abstract: This study aims to get an overview of the intensity of predation on mangrove ecosystem in five marine protected areas (MPA), namely Tumbak, Basaan, Blongko, Bahoi and Tambun. The research method was carried out by installing Squidpops bait within one hour and calculating the number of lost bait during the exposure of baits in high tide. Fish species that migrate in the mangrove area are obtained through visual census; Mega Bentos is recorded.  The result of this study indicates the intensity of predation in the mangrove ecosystem in the five North Sulawesi DPLs are varied in each location, which has the possibility of being influenced by local condition, predatory fish population, the level of disturbance at observation, method and level of preference for the bait provided.Keywords: Predation, Predator, Mangrove, Fish Community, Squidpops ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran intensitas predasi pada ekosistem mangrove di lima daerah perlindungan laut (DPL), yaitu Tumbak, Basaan, Blongko, Bahoi dan Tambun. Metode penelitian dilakukan dengan pemasangan umpan Squidpops dalam waktu 1 jam dan menghitung jumlah umpan yang hilang selama umpan terpapar pada saat air pasang. Jenis ikan yang bermigrasi di daerah mangrove diperoleh melalui sensus visual; mega bentos dicatat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan intensitas predasi di ekosistem mangrove pada 5 DPL Sulawesi Utara bervariasi pada tiap lokasi yang memiliki kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi lokal, populasi ikan predator, tingkat gangguan saat pengamatan, metode dan tingkat kesukaan pada umpan yang disediakan.Kata Kunci: Predasi, Predator-Mangsa, Mangrove, Komunitas Ikan, Squidpops
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2302-3589 , 2302-3589
    Language: Unknown
    Publisher: Universitas Sam Ratulangi
    Publication Date: 2019
    Library Location Call Number Volume/Issue/Year Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 4
    In: JURNAL ILMIAH PLATAX, Universitas Sam Ratulangi, Vol. 8, No. 1 ( 2020-01-23), p. 15-
    Abstract: This study aims to analyze the relation of marine debris to gastropods in the mangrove ecosystem. This research was conducted from October to December 2019 in the Tongkaina mangrove forest. The method used in this research is the line transects method with 2 different stations. Then do the data analysis of waste density, gastropod abundance index, frequency, diversity index, uniformity, and dominance. Then, analyzing a simple linear regression and correlation is performed to see the relationship between marine debris and gastropod abundance in a mangrove ecosystem. The results showed that the highest inorganic marine debris in the Tongkeina mangrove ecosystem is plastic and followed by cloth, wood, metal and the least was glass. The species of Gastropods found in the mangrove ecosystem are Littoraria scabra, Nerita undulata and Terebralia sulcata. The highest abundance of gastropod species was found at station 2 in transects 1 by Littoraria scraba. The results of the linear regression analysis show that there is a relationship between waste and abundance of gastropods. The increasing amount of waste, lower the abundance of gastropods. Where the correlation value is -0.20506.Keywords: Correlation; Marine debris; Gastropods; Mangrove Ecosystem. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis  hubungan  sampah laut terhadap gastropoda di ekosistem mangrove. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2019 di hutan mangrove Tongkaina.  Metode yang digunakan adalah metode line transek dengan 2 stasiun berbeda. Kemudian dilakukan analisa data kepadatan sampah, indeks kelimpaha gastropoda, frekuensi, indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominasi. Selanjutnya dilakukan analisa regresi lineier sederhana serta korelasi untuk melihat hubungan yang terjadi antara sampah dan kelimpahan gastrooda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampah anorganik jenis plasik yang tertinggi di ekosistem mangrove pantai Tongkaina diikuti sampah jenis Kain, Kayu, Logam dan yang paling sedikit adalah sampah jenis kaca. Jenis gastropoda yang ditemukan di ekosistem mangrove yaitu Littoraria scabra, Nerita undulata dan Terebralia sulcata. Nilai kelimpahan jenis gastropoda tertinggi terdapat di stasiun 2 di transek 1 oleh Littoraria scraba. Hasil analisa regresi linier menunjukan bahawa ada hubungan yang terjadi  antara sampah dan kelimpahan gastropoda yang dilihat dari anlisis regresi linier sederhana. Semakin meningkatnya jumlah sampah maka semakin rendah kelimpahan gastropoda. Dimana nilai korelasinya sebesar -0.20506.Kata Kunci : Korelasi; Sampah Laut; Gastropoda; Ekosistem Mangrove.
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2302-3589 , 2302-3589
    Language: Unknown
    Publisher: Universitas Sam Ratulangi
    Publication Date: 2020
    Library Location Call Number Volume/Issue/Year Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 5
    In: Jurnal Ilmiah PLATAX, Universitas Sam Ratulangi, Vol. 9, No. 2 ( 2021-08-07), p. 224-
    Abstract: Tanjung Pulisan area in Likupang has been designated as part of the Likupang Special Economic Zone (SEZ), as one of five super-priority tourist destinations. To support this program, it is urgent to have an assessment based on coral reef and fish ecology that can be destined as a tourism target. Thus, the purpose of this study is to provide information on the percentage of hard coral cover, the percentage of hard coral genera, as well as the density of reef fish in the waters of Tanjung Pulisan. The author uses the Line Intercept Transect and Underwater Visual Census methods at three stations which are combined synergistically to obtain data on corals and target reef fish effectively. Data were analyzed using the Microsoft Excel program. The results of the analysis showed that the percentage of live coral cover in Tanjung Pulisan waters was categorized as moderate with an average percentage of 47.04%, consisting of 30.28% hard coral and 16.76% soft coral. In these waters, 32 genera of hard corals were found, and Porites as the most dominant genus, with an average percentage of 23.01 %. In addition, the total average density of target reef fish in this location was 0.185 ind/m2, with the most dominant family being Acanthuridae with an average density value of 0.096 ind/m2.Keywords: Hard coral; Likupang; Reef fish; Tanjung PulisanAbstrakKawasan Tanjung Pulisan, Likupang telah ditetapkan menjadi bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang, satu dari lima destinasi wisata super prioritas. Guna menunjang program ini, perlu dilakukan analisis berbasis ekologi karang dan ikan karang yang bisa dijadikan sebagai target wisata. Berdasarkan ini maka dilakukan riset tutupan karang keras, persentase genera karang keras, juga kepadatan ikan karang di lokasi tersebut. Metode yang digunakan adalah Line Intercept Transect dan Sensus Visual Bawah Air pada tiga stasiun yang dipadukan secara sinergis untuk memperoleh data karang dan ikan karang target secara efektif. Data dianalisis menggunakan program Microsoft Excel. Hasil analisis menunjukan bahwa persentase tutupan karang hidup di perairan Tanjung Pulisan terkategorikan sedang dengan persentase rata-rata sebesar 47,04 %, yang terdiri dari 30,28 % karang keras dan 16,76 % karang lunak. Di perairan ini ditemukan 32 genera karang keras, dengan genus yang paling dominan yaitu Porites dengan persentase rata-rata sebesar 23,01 %. Selain itu, total kepadatan rata-rata ikan karang target di lokasi ini adalah 0,185 ind/m2, dengan Famili yang paling dominan adalah Acanthuridae dengan nilai kepadatan rata-rata sebesar 0,096 ind/m2.Kata kunci:   Ikan karang; Karang keras; Likupang; Tanjung Pulisan
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2302-3589 , 2302-3589
    Language: Unknown
    Publisher: Universitas Sam Ratulangi
    Publication Date: 2021
    Library Location Call Number Volume/Issue/Year Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 6
    Online Resource
    Online Resource
    Universitas Sam Ratulangi ; 2017
    In:  JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 5, No. 2 ( 2017-02-06), p. 20-
    In: JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS, Universitas Sam Ratulangi, Vol. 5, No. 2 ( 2017-02-06), p. 20-
    Abstract: Penyu telah dinyatakan sebagai zatwa lindung, namun tempat bertelur penyu terabaikan dalam pengelolaan wilayah pantai dan pesisir; dampaknya, tempat bertelur penyu mengalami gangguan bahkan penyusutan akibat konversi lahan wilayah pantai untuk berbagai peruntukkan. Penyu meletakkan telur di mintakat pantai di atas garis pasang tertinggi di wilayah di mana mereka ditetaskan. Tempat bertelur penyu pada umumnya belum terdokumentasi. Studi ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan mendiskripsi keadaan umum lokasi bertelur penyu di Pulau Salibabu, Talaud. Data diperoleh melalui wawancara dengan warga lokal yang pada umumnya bermukim di wilayah pesisir. Warga lokal mengenal tiga jenis penyu yakni penyu hijau atau C. mydas, penyu sisik atau E. imbricate dan penyu belimbing atau D. coriacea. Di Pulau Salibabu tercatat sepuluh tempat bertelur yakni Pantai Kalongan, Pantai Pasir Panjang, Pantai Rammenna, Pantai Matandikka, Pantai Apai, Pantai Tarawatta, Patai Dingkaren, Pantai Pasir Putih, Pantai Lairre, Pantai Batupengan. Letak tempat bertelur tersebut pada umumnya di luar wilayah pemukiman. Posisi geografis setiap lokasi bertelur penyu dicatat dan telah dipetahkan. Vegetasi yang tumbuh di sekitar lokasi sarang didominasi oleh pohon Kelapa (C. nucifera), Pandan Pantai (P. tectorius). Sedimen pasir berwarna putih dan berdasarkan ukuran butir termasuk kategori pasir sedang. Lokasi bertelur penyu patut dijadikan kawasan konservasi.
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2339-1537
    Language: Unknown
    Publisher: Universitas Sam Ratulangi
    Publication Date: 2017
    Library Location Call Number Volume/Issue/Year Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 7
    Online Resource
    Online Resource
    Universitas Sam Ratulangi ; 2013
    In:  JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol. 9, No. 2 ( 2013-08-01), p. 45-
    In: JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS, Universitas Sam Ratulangi, Vol. 9, No. 2 ( 2013-08-01), p. 45-
    Abstract: Pengambilan sampel dilakukan di Taman Nasional Bunaken yakni Pantai Pulau Nain dan Tanjung Arakan pada bulan Februari 2012. Penelitian dimulai dengan menyusuri pantai pada pagi hingga siang hari saat air sedang surut dengan menggunakan alat snorkeling. Penelitian ini berhasil menemukan 15 jenis siput dari 9 famili dan 5 jenis alga makro dari 3 famili.  Komunitas siput gastropoda di kedua stasiun penelitian memiliki nilai indeks kesamaan sebesar 63%. Sedangkan komunitas alga makro memiliki nilai indeks kesamaan sebesar 75%. Hal tersebut menyatakan bahwa siput gastropoda dan alga makro di kedua stasiun penelitian relatif memiliki kesamaan dalam komposisi jenis. Untuk siput jenis Strombus labiatus, Strombus sp 1, Strombus urceus, Pyrene scripta, Cerithium rostratum, Cymatium vespacium, Phasianella solida, Vexillum vulpecullum, Gyrineum bituberculare dan Clanculus atropurpureus lebih cenderung memilih alga makro jenis Halimeda opuntia sebagai habitatnya. Relung ekologi Pyrene scripta di Tanjung Arakan dan Pulau Nain memiliki nilai yang tertinggi (maksimum). Hal ini menandakan bahwa siput Pyrene scripta merupakan siput yang generalis karena tersebar pada hampir seluruh jenis alga makro. Kata kunci: Taman Nasional Bunaken, gastropoda, alga makro, kesamaan komunitas, relung ekologi.   Samples were collected from Nain Island and Arakan Cape in Bunaken National Park area, in February 2012. The collection was conducted by snorkeling along the coastline in the morning, when the tide was low. This study found 15 species of slugs from nine families and 5 species of macro algae from three families. Communities of gastropod snails in both research stations have similarity index value of 63%, while the macro algae communities have similarity index value of 75%. This indicated that the gastropod snails and macro algae from both study sites were relatively similar concerning their species composition. Some slugs such as Strombus labiatus, Strombus sp 1, Strombus urceus, Pyrene scripta, Cerithium rostratum, Cymatium vespacium, Phasianella solida, Vexillum vulpecullum, Gyrineum bituberculare and Clanculus atropurpureus were more likely to choose the Halimeda Opuntia macro algae as their habitat. Ecological niche of Pyrene scripta on the Arakan Cape and Nain Island showed the highest value (maximum). This indicated that Pyrene scripta are generalized species that lived on nearly all types of macro algae.Keywords: Bunaken National Park, gastropoda, macro algae, similarity community, ecological niche.
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2302-6081 , 2302-609X
    Language: Unknown
    Publisher: Universitas Sam Ratulangi
    Publication Date: 2013
    Library Location Call Number Volume/Issue/Year Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 8
    In: Jurnal Ilmiah PLATAX, Universitas Sam Ratulangi, Vol. 10, No. 1 ( 2022-04-14), p. 92-
    Abstract: The purpose of this study was to identify sea slugs L. pallescens taken from two different mangroves, namely Rhizophora mucronata and Avicennia marina in Tongkaina waters, Bunaken District, Manado City based on morphology and anatomy as well as shell color. Identification of mangroves and sea slugs refers to the identification book. The results obtained were L. pallescens species with elongated and tapered morphology at the end of the shell measuring 0.3-2.7 cm. The operculum is purple. The color of the shell obtained was 66.85% consisting of dark colors (black, black, orange, brown and gray spots), occupying the stems and roots of the mangrove, while the light colors (yellow, yellow, dark spots and red) were found to be 33.15%, occupying the leaves and stems of mangroves. The high survival rate of L. pallescens was found in the mangrove roots. This species was found in R. mucronata by 65.26% while in A. marina only 34.74%, this could be caused by differences in the shape of the mangrove roots.Keywords: L. pallescens; Mangrove; Shell color; MorphologyAbstrakTujuan penelitian ini adalah mengindentifikasi siput laut L. pallescens yang diambil dari dua mangrove berbeda yaitu Rhizopora mucronata dan Avicennia marina di perairan Tongkaina, Kecamatan Bunaken, Kota Manado berdasarkan morfologi dan anatomi serta warna cangkang. Identifikasi mangrove dan siput laut merujuk pada buku identifikasi. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu spesies L. pallescens dengan bentuk morfologi memanjang dan meruncing, pada bagian ujung cangkang berukuran  0,3-2,7 cm. Operculum berwarna ungu. Warna cangkang yang diperoleh 66,85% yang terdiri dari warna gelap (hitam, hitam bercak orange, coklat dan abu-abu), menempati bagian batang dan akar mangrove sedangkan warna terang (kuning, kuning bercak gelap dan merah) didapat 33,15%, menempati bagian daun dan batang mangrove. Tingginya kelangsungan hidup  L. pallescens berada pada bagian akar mangrove. Spesies ini ditemukan pada R. mucronata sebesar 65,26% sedangkan pada A. marina hanya 34,74%, hal ini dapat disebabkan oleh karena perbedaan bentuk akar mangrove.  Kata Kunci: L. Pallescens; Mangrove; Warna cangkang; Morfologi
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2302-3589 , 2302-3589
    Language: Unknown
    Publisher: Universitas Sam Ratulangi
    Publication Date: 2022
    Library Location Call Number Volume/Issue/Year Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 9
    In: Jurnal Ilmiah PLATAX, Universitas Sam Ratulangi, Vol. 10, No. 1 ( 2022-04-15), p. 168-
    Abstract: This study aims to analyze the structure of the Polychaeta community on the soft substrate of the subtidal zone in Manado Bay. Samples were taken by grab at 3 stations namely ST1 located at a depth of 8 m with black mud substrate; ST2 is located at a depth of 26 m with blackish sand substrate, and ST3 are located at a depth of 18 m with blackish sand as a substrate. From the three sampling stations, 27 species of 253 Polychaeta individuals were identified. Station 1, which is located near the mouth of the Bailang River, has high individual abundance but low species diversity. Station 2, which is located near the Megamas area, has moderate individual abundance but high species richness. Station 3, which is located around the Faculty of Medicine, Unsrat Malalayang, has low individual abundance but high species richness. Substrate types and anthropogenic disturbances such as enrichment of organic matter are thought to be determinants of individual abundance, composition, and species richness of Polychaeta in Manado Bay.Keywords: Polychaeta; biodiversity; soft substrate; Manado BayAbstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur komunitas Polychaeta pada substrat lunak zona subtidal di Teluk Manado. Sampel diambil dengan grab pada 3 stasiun yakni ST1 terletak pada kedalaman 8 m dengan substrat lumpur berwarna hitam; ST2 terletak pada kedalaman 26 m dengan substrat pasir berwarna kehitaman; dan ST3 terletak pada kedalaman 18 m dengan substrat pasir berwarna kehitaman. Dari tiga stasiun sampling tersebut berhasil diidentifikasi 27 spesies dari 253 individu Polychaeta. Stasiun 1 yang terletak dekat muara Sungai Bailang memiliki kelimpahan individu tinggi tetapi keanekaragaman spesies rendah. Stasiun 2 yang terletak dekat kawasan Megamas memiliki kelimpahan individu sedang tetapi kekayaan spesies tinggi. Stasiun 3 yang terletak di sekitar pemukiman belakang Fakultas Kedokteran Unsrat Malalayang memiliki kelimpahan individu rendah tetapi kekayaan spesies tinggi. Jenis substrat dan gangguan antropogenik seperti pengayaan bahan organik diduga merupakan faktor penentu kelimpahan individu, komposisi dan kekayaan spesies Polychaeta di Teluk Manado. Kata Kunci: Polychaeta; keanekaragaman hayati; substrat lunak; Teluk Manado
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2302-3589 , 2302-3589
    Language: Unknown
    Publisher: Universitas Sam Ratulangi
    Publication Date: 2022
    Library Location Call Number Volume/Issue/Year Availability
    BibTip Others were also interested in ...
  • 10
    In: JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS, Universitas Sam Ratulangi, Vol. 7, No. 1 ( 2019-01-01), p. 20-
    Abstract: Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui struktur komunitas mangrove di Desa Lamanggo dan Desa Tope, untuk mengetahui kelimpahan kepiting bakau di hutan mangrove, dan untuk mengetahui hubungan antara kerapatan mangrove dengan kepadatan kepiting.Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode line transek kuadran dengan menentukan lima lokasi titik pengamatan pengambilan sampel, dan untuk mengetahui kondisi mangrove maka dilakukan perhitungan kerapatan jenis, frekuensi jenis, penutupan jenis, dominasi, indeks nilai penting dan keanekaragaman serta analisis kelimpahan kepiting bakau yang berhubungan dengan kerapatan mangrove dengan rumus Y = a + b X.. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa jenis mangrove yang memiliki nilai kerapatan tertinggi yaitu Rhizophora apiculata, dan untuk nilai frekuensi tertinggi juga yaitu jenis Rhizophora apiculata, sedangkan untuk nilai dominasi tertinggi dimiliki oleh jenis Sonneratia alba.Berdasarkan uji korelasi antara kerapatan pohon mangrove (X) terhadap kepadatan kepiting (Y) sebagaimana terlihat diperoleh r sebesar = 0,814 dengan Fhitung sebesar 1.94 〈 Ftabel 10.12. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kerapatan  mangrove dengan kepadatan kepiting bakau. Selanjutnya untuk melihat besarnya kontribusi kerapatan mangrove terhadap kepadatan kepiting dicari melalui koefisien determinasi R² = 0.66 yang berarti variabel kerapatan pohon mangrove tidak memberikan kontribusi terhadap kepadatan kepiting. Karena jika setiap penambahan variabel X, maka variabel Y akan berkurang sebesar 67.54937 - 0.110 X.
    Type of Medium: Online Resource
    ISSN: 2339-1537
    Language: Unknown
    Publisher: Universitas Sam Ratulangi
    Publication Date: 2019
    Library Location Call Number Volume/Issue/Year Availability
    BibTip Others were also interested in ...
Close ⊗
This website uses cookies and the analysis tool Matomo. Further information can be found on the KOBV privacy pages